Minggu, 02 Februari 2014



SYAIKH ZAKARIYA (Syeh Quro)

      Zakariya Al- Anshori adalah kakek buyut Syaikhuna Apa Toto Syarif Muhamad Zakariya Rohimahumullah ( Mesjid Jami Lailatul Qodar Poponcol Karawang), beliau adalah seorang ulama besar pada jamannya, yaitu antara tahun 826 – 926 M yang termashur ke seluruh dunia waktu itu. Hal ini ditukil dari kitab Thobaqotus Syafi’iyatul Kubro yaitu tentang data para Ulama besar fiqih Madzhab Syafi’i setiap generasi,  karya Syaikh Tajuddin as Subki.
     Pada tahun 198 H yang bersamaan dengan diangkatnya Gubernur Kairo Mesir yaitu  Abbas bin Musa yang mencintai Imam Syafi’i, beliau Imam Syafi’i kemudian menetap di Kairo bersama muridnya yang bernama Syaikh Abdullah bin Al Hakam sampai wafatnya pada tahun 204 H. Adapun tempat belajar mengajar Ulama yaitu murid-muridnya Imam Syafi’i adalah Jami Al Azhar yang berkembang menjadi UNIVERSITAS AL AZHAR sekarang. Naah di sinilah Syaikh Zakariya belajar sejak kecil, dan tercatat pada masa remajanya sudah hafal Al-Qur’an, hafal kitab Al ‘Umdah dan Mukhtashar Attibrizi, kemudian beliau  menjadi Guru Besar di Al Azhar sejak usia 40 tahun hingga usia 100 tahun. Beliau mengarang kitab Fiqih MINHAJUT THULAB, diperjelas lagi menjadi kitab Fathul Wahab yang terkenal dan banyak dijadikan kajian-kajian di pesantren-pesantren di Indonesia, kemudian beliau mengarang lagi kitab Tahrir dan FATHURRAHMAN.
Pada tahun 926 M Syaikh Zakariya Al Anshori selesai mengajar di Al Azhar, kemudian beliau mengembara ke daerah Timur sampailah ke Indonesia. Beliau menyebarkan Islam di pulau Sumatra dan Jawa. Bukti beliau andil dalam menyebarkan agama Islam adalah terdapatnya naskah kitab Fathul Wahab karya Beliau yang dihadiahkan kepada Raja di Riau, hingga sekarang naskah kitab tersebut ada di Istana Kuntu-Kampar Kiri Riau sebagai cindera mata.
Beliau mengembara lagi ke Pulau Jawa dan bergabung dengan Wali Songo, waktu itu sudah ada Kerajaan Islam yaitu Mataram dengan rajanya Sultan Agung, lalu VOC (Belanda) datang menguasai Sunda Kalapa  yang mereka namai BATAVIA. Sultan Agung pun memerangi Belanda tetapi selalu kalah. Atas rekomendasi para wali Songo ( majelis Wali di Demak), Sultan Agung memberikan mandat pada Syaikh Zakariya Al Anshori untuk memimpin pasukan, karena lidah orang Jawa yang kental, mereka para pasukan tersalah memanggil Beliau, harusnya Zakariya namun menjadi Jayakarta. Terkenallah dengan sebutan Pangeran Jayakarta, namun dengan begitu Beliau tidak menggubrisnya apa pun orang memanggilnya. Akhirnya Belanda pun kalah oleh pasukan Pangeran Jayakarta. Selanjutnya beliau mengelana mendakwahkan Islam dari daerah ke daerah lain, salah satu di antaranya adalah Karawang, masyarakat menggelarinya dengan sebutan Syeh Quro.   
            (Kintunan Lutfi : Ponpes Daarul Iman Karawang, diropea ku nimasgaluh)