SYAIKH
ZAKARIYA (Syeh Quro)
Zakariya Al- Anshori adalah kakek buyut
Syaikhuna Apa Toto Syarif Muhamad Zakariya Rohimahumullah ( Mesjid Jami
Lailatul Qodar Poponcol Karawang), beliau adalah seorang ulama besar pada
jamannya, yaitu antara tahun 826 – 926 M yang termashur ke seluruh dunia waktu
itu. Hal ini ditukil dari kitab Thobaqotus Syafi’iyatul Kubro yaitu tentang
data para Ulama besar fiqih Madzhab Syafi’i setiap generasi, karya Syaikh Tajuddin as Subki.
Pada tahun 198 H yang bersamaan dengan
diangkatnya Gubernur Kairo Mesir yaitu
Abbas bin Musa yang mencintai Imam Syafi’i, beliau Imam Syafi’i kemudian
menetap di Kairo bersama muridnya yang bernama Syaikh Abdullah bin Al Hakam
sampai wafatnya pada tahun 204 H. Adapun tempat belajar mengajar Ulama yaitu
murid-muridnya Imam Syafi’i adalah Jami Al Azhar yang berkembang menjadi
UNIVERSITAS AL AZHAR sekarang. Naah di sinilah Syaikh Zakariya belajar sejak
kecil, dan tercatat pada masa remajanya sudah hafal Al-Qur’an, hafal kitab Al
‘Umdah dan Mukhtashar Attibrizi, kemudian beliau menjadi Guru Besar di Al Azhar sejak usia 40
tahun hingga usia 100 tahun. Beliau mengarang kitab Fiqih MINHAJUT THULAB,
diperjelas lagi menjadi kitab Fathul Wahab yang terkenal dan banyak dijadikan
kajian-kajian di pesantren-pesantren di Indonesia, kemudian beliau mengarang
lagi kitab Tahrir dan FATHURRAHMAN.
Pada tahun 926 M Syaikh
Zakariya Al Anshori selesai mengajar di Al Azhar, kemudian beliau mengembara ke
daerah Timur sampailah ke Indonesia. Beliau menyebarkan Islam di pulau Sumatra
dan Jawa. Bukti beliau andil dalam menyebarkan agama Islam adalah terdapatnya
naskah kitab Fathul Wahab karya Beliau yang dihadiahkan kepada Raja di Riau,
hingga sekarang naskah kitab tersebut ada di Istana Kuntu-Kampar Kiri Riau
sebagai cindera mata.
Beliau mengembara lagi
ke Pulau Jawa dan bergabung dengan Wali Songo, waktu itu sudah ada Kerajaan
Islam yaitu Mataram dengan rajanya Sultan Agung, lalu VOC (Belanda) datang
menguasai Sunda Kalapa yang mereka namai
BATAVIA. Sultan Agung pun memerangi Belanda tetapi selalu kalah. Atas
rekomendasi para wali Songo ( majelis Wali di Demak), Sultan Agung memberikan
mandat pada Syaikh Zakariya Al Anshori untuk memimpin pasukan, karena lidah
orang Jawa yang kental, mereka para pasukan tersalah memanggil Beliau, harusnya
Zakariya namun menjadi Jayakarta. Terkenallah dengan sebutan Pangeran Jayakarta,
namun dengan begitu Beliau tidak menggubrisnya apa pun orang memanggilnya.
Akhirnya Belanda pun kalah oleh pasukan Pangeran Jayakarta. Selanjutnya beliau
mengelana mendakwahkan Islam dari daerah ke daerah lain, salah satu di
antaranya adalah Karawang, masyarakat menggelarinya dengan sebutan Syeh Quro.
(Kintunan Lutfi : Ponpes Daarul Iman
Karawang, diropea ku nimasgaluh)