Satu Musim
Di suatu musim…
Titian laras nada itu melantunkan gemulai penari
Berdecak irama dari senyawa sang penabuh
Mengalun … merangkai bait-bait kasmaran
Namun laksana menaruh genggaman pada batang padi
Walau gatal menyentuh bulir
Ruang-ruang petak dilalui
Mungkin sebutir bulir bermakna
Maka asapun menggapai kisah yang meranggas
Karena terbuai keheningan musim
Mengukir rindu dan berceloteh kasi
Menangis lara …
Dalam bingkai balutan kepompong
Tergores Nyanyian
Tergores Nyanyian
Desah udara membakar ego nyanyian angin malam
Seraut wajah dengan sejuta untaian nada indah
Menaruh dendam bayangan kelam
Di garis angan kenihilan ambisi
Tergores kecerdasan logika seperti pedang tak
bermata
Menusuk rambu dalam jaring-jaring
Pada ketermenungan tiada nisbi yang tak
ternisbikan
Sejenak saja dari sisi kehidupan
Aroma nuansa sensasi mengayunkan emosi jiwa dan
keinginan
Di batas halusinasi mengabur bayang kenangan
jahil
Menghiba runtutan peristiwa
Seiring ekaliptus mengelupas berganti kulit
menoreh goresan
Bukan hari kemarin
Hilang timbul …
Dua kata memutar waktu dalam evolusi ingatan
Terhujam ke hulu jantung …
Merambah pusaran lorong kenangan
Kemudian nyanyian pilu berbalik nista
Pada rengkuhan kalbu berlabuh kesunyian
Terhempas gelagak rima puisi baris berbaris
Kejapan mata menadah yang tersontak
Jauh dari palung terdalam menihilkan kenisbian
Ke titik nadir ego
Melangkah bukan karena terseok hari kemarin
Melainkan perputaran waktu pada jamnya
Bukan hari kemarin
Hilang timbul …
Dua kata memutar waktu dalam evolusi ingatan
Terhujam ke hulu jantung …
Merambah pusaran lorong kenangan
Kemudian nyanyian pilu berbalik nista
Pada rengkuhan kalbu berlabuh kesunyian
Terhempas gelagak rima puisi baris berbaris
Jauh dari palung terdalam menihilkan kenisbian
Ke titik nadir ego
Melangkah bukan karena terseok hari kemarin
Melainkan perputaran waktu pada jamnya
(by nimasgaluh, 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar